Satreskrim Polresta Solo melakukan penyelidikan berkaitan dengan kebakaran yang melanda ruang isolasi Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Solo, Jumat (5/8/2022) dini hari. Dari hasil penyelidikan sementara, diketahui ada sembilan orang pasien tengah tertidur di ruang sisi kanan Gedung Puntadewa. Missingor one character family name on: , Yanuarius Benny Kristiawan Karenaitu, terapkan warna-warna yang pas yang mampu memberi sentuhan yang membuat nyaman. Paduan warna yang bisa dipilih untuk mendesain ruang tunggu rumah sakit misalnya yaitu warna biru. Lewat balutan warna biru, maka ruang tunggu akan tampil teduh yang memberi nuansa sejuk. Suasana tersebut akan membuat orang menjadi lebih rileks. Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay. AbstrakWaktu tunggu rawat jalan di RSUD dr. Acmad Darwis Suliki masih menjadi permasalahan, hasil survey awal didapatkan bahwa waktu tunggu rawat jalan masih melebihi SPM rawat jalan yang ada yaitu 25 km. Disamping itu rumah sakit juga tidak memberikan sanksi disiplin bagi petugas yang terlambat datang. Menurut studi penelitian Laeliyah dan Subekti 2015, faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pelayanan pasien rawat jalan di RSUD Kabupaten Indramayu diantaranya adalah kurangnya kedisiplinan dalam memulai dan mengakhiri pelayanan kepada pasien di rawat jalan, kurangnya rasa kerjasama yang terjalin antar para petugas dalam melaksanakan pelayanan di rawat jalan petugas rekam medis, petugas poliklinik, perawat dan dokter sekaligus kesadaran para petugas akan pentingnya waktu tunggu pelayanan pasien di rawat jalan. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kedisiplinan para petugas dan menjalin kerjasama antar para petugas petugas rekam medis dan petugas poliklinik seperti perawat dan dokter dalam melaksanakan pelayanan di rawat jalan kepada Dalam upaya mendisiplinkan petugas di RSUD dr. Achmad Darwis telah menerapkan sistem absensi finger dan pelaksanaan apel pagi, namun hal tersebut belum mencapai hasil yang maksimal. SPO SPO di RSUD dr. Achmad Darwis sudah ada tetapi hanya SPO rekam medik, tetapi pelaksanaanya belum optimal, misalnya tentang SPO pengembalian rekam medik rawat inap yaitu 2 x 24 jam setelah pasien pulang atau dirujuk kecuali untuk kebutuhan autopsi, kenyataannya masih ada rekam medik yang belum kembali sesuai waktu yang telah ditetapkan sesuai SPO, akibatnya sewaktu pasien kontrol ke poliklinik, rekam medis tidak ditemukan di rak penyimpanan. Pengembalian dari rawat jalan juga belum sesuai SPO. Petugas poliklinik tidak mengembalikan Dokumen Rekam Medik DRM dua jam setelah pelayanan. Tidak jarang petugas kurir yang datang menjemput ke poliklinik setiap harinya. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap waktu penyelenggaraan rekam medis pasien rawat jalan. Standar Prosedur Operasional SPO dan pedoman merupakan unsur terpenting dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Di RSUD dr. Achmad Darwis Suliki SPO untuk dirawat jalan belum ada sehingga bila ada petugas penanggung jawab salah satu poliklinik berhalangan untuk masuk dinas maka Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 84 petugas pengganti merasa kesulitan untuk menggantikan karena belum adanya SPO untuk pelayanan pasien poliklinik. Menurut Handoko 2012, SPO berguna untuk menghemat usaha managerial, memudahkan pendelegasian wewenang dan menempatkan tanggung jawab, memudahkan pengawasan, memungkinkan penghematan personalia dan membantu kegiatan Berdasarkan Undang-Undang RI no. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit wajib memiliki SPO dalam menyelenggarakan dan melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan Karena tidak adanya SPO, maka tidak dapat dikatakan pelayanan kesehatan sudah sesuai prosedur atau Menurut Sabarguna 2008, suatu pelayanan yang dijalankan perlu adanya standar pelayanan yang dibuatkan dalam rangka mencapai Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Laeliyah dan Subekti 2015 di RSUD Kabupaten Indramayu, yang menyatakan bahwa selain faktor jumlah pasien rawat jalan dan penyediaan berkas rekam medis pasien rawat jalan, hal penting yang mempengaruhi waktu tunggu pelayanan pasien rawat jalan adalah dari pihak RSUD Kabupaten Indramayu sendiri tidak adanya manajemen membuat regulasi dalam bentuk prosedur tetap / SOP, terutama dalam hal penetapan standar waktu tunggu pasien untuk mendapatkan pelayanan rawat Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nursanti et al 2018, yang menyatakan bahwa hal yang mempengaruhi waktu tunggu antara lain yaitu belum adanya SPO standar prosedur operasional.15 Kebijakan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa di RSUD dr. Achmad Darwis kebijakan tentang SPM rumah sakit telah diatur dalam bentuk Peraturan Bupati nomor 117 tahun 2016 tentang SPM BLUD dr. Achmad Darwis Kebijakan tersebut telah mengacu pada Keputusanan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008. Salah satunya mengatur tentang standar waktu tunggu rawat jalan yaitu ≤ 60 Pihak manajemen telah melakukan sosialisasi kebijakan tersebut, namun belum ada monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaannya. Untuk terlaksananya SPM sesuai standar sebaiknya ada rapat koordinasi antara petugas poliklinik dan pihak manajemen untuk membahas kendala yang dihadapi dalam mencapai standar yang telah ditetapkan. Kebijakan dalam waktu tunggu rawat jalan diatur dalam Keputusanan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal SPM Rumah Meminimalisasi waktu tunggu rawat jalan bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pasien sehingga mutu pelayanan meningkat dan pasien loyal terhadap rumah sakit. Kebijakan adalah keputusan tetap yang dicirikan oleh konsistensi dan pengulangan repetitiveness tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan Menurut Handoko 2012 salah satu bentuk kebijakan yang dapat dibuat dalam bentuk yang lebih terperinci adalah prosedur standar atau Standard Operating Procedure SOP. Kebijakan dapat dibuat secara formal dan informal oleh para manajer puncak suatu Sarana Prasarana Sarana Di RSUD dr. Achmad Darwis khususnya di poliklinik rawat jalan masih banyak yang perlu dilengkapi untuk memperlancar proses pelayanan sehingga waktu tunggu semakin minimal. Untuk sarana di poli anak seperti timbangan bayi, kemudian untuk poli kebidanan set ganti verban hanya ada satu set , tensi meter hanya satu buah dan tidak adanya pengeras suara. Kursi tunggu juga belum mencukupi. Kurangnya tempat duduk yang ada di ruang tunggu poliklinik menyebabkan waktu tunggu menjadi lama karena pasien harus menunggu di luar area poliklinik, sedangkan di poliklinik tidak tersedia alat pengeras suara sehingga terkadang pasien tidak tahu jika namanya sudah dipanggil untuk diperiksa dokter. Permasalahan terbatasnya sarana yang ada sehingga pasien harus menunggu di luar juga ditemukan oleh Patel dan Patel 2017.17 Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Keles et al 2017 di RSUD dr. Samratulangi Tondano, yang mengatakan bahwa faktor yang paling dominan Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 84 yang mempengaruhi waktu tunggu yaitu faktor sarana Prasarana sudah hampir mencukupi. Dokter atau pasien yang datang tidak perlu susah mencari tempat parkir, karena di RSUD dr. Achmad Darwis Suliki sudah tersedia tempat parkir yang cukup luas dan dekat dengan poliklinik. Rumah sakit juga sudah memiliki sumber air sendiri berupa sumur bor dan air PAM. Jika terjadi pemadaman listrik, rumah sakit juga sudah mempunyai genset, sehingga pelayanan tetap berjalan walaupun listrik mati. Agar proses pelayanan rawat jalan terlaksana dengan lancar maka diharapkan agar rumah sakit melengkapi sarana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan membuat perencanaan dengan menghitung jumlah kebutuhan untuk masa yang akan datang secara tepat, karena untuk pengadaan barang di rumah sakit umum daerah harus sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Komponen Proses - Pendaftaran Berdasarkan hasil penelitian di RSUD dr. Achmad Darwis Suliki didapatkan bahwa, pendaftaran pasien akan bermasalah jika pasien ramai dan terjadi penumpukan pasien, akibatnya pasien akan lama menunggu. Pasien yang mendaftar dengan menggunakan kartu BPJS akan menunggu waktu pendaftaran lebih panjang dibanding pasien umum. Hal ini terjadi karena pasien BPJS harus menyerahkan berkas kelengkapan pendaftaran seperti surat rujukan dan kartu BPJS. Pihak BPJS mengharuskan pasien melakukan verifikasi sidik jari. Verifikasi sidik jari ini bertujuan untuk menghindari penyalahgunaan kartu BPJS. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nursanti et al 2018, yang mengatakan bahwa waktu tunggu lebih lama pada pasien BPJS dibanding pasien umum. Hal tersebut disebabkan karena petugas harus melakukan verifikasi berkas pasien Di RSUD dr. Achmad Darwis Suliki masih menggunakan sistem pendaftaran manual, untuk masa yang akan datang sudah ada rencana untuk melakukan pendaftaran online. Sistem pendaftaran manual membuat pasien harus datang dan antri untuk mendaftar. Menurut Susanti et al 2015, sistem antrian dan pendaftaran akan menjadi lebih baik jika menggunakan sistem appointment Ditempat pendaftaran sering ditemui permasalahan seperti antrian yang panjang atau pasien yang menumpuk. Apabila waktu tunggu di pendaftaran lama maka akan mempengaruhi lama waktu pelayanan medis pasien keseluruhan dan selanjutnya akan mempengaruhi kepuasan pasien. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Musinguzi 2013, pasien menghabiskan sebagian besar waktu dalam menunggu untuk mendapatkan pelayanan. Bagian pendaftaran merupakan salah satu yang paling menyita waktu dengan besarnya jumlah pasien yang mengantri sehingga memperlambat Persyaratan pendaftaran yang tidak lengkap juga menjadi masalah yang ditemui di loket Waktu tungggu dalam antrian pada jam sibuk pelayanan di loket pendaftaran tertinggi mencapai 58,2 Penelitian oleh Bustami et al 2015 juga menemukan beberapa masalah dalam rangkaian kegiatan administrasi dan rekam medis yang mengakibatkan memanjangnya waktu tunggu, antara lain banyaknya jumlah pasien, kurangnya petugas di loket pendaftaran dan loket BPJS, gangguan koneksi internet dan pendistribusian rekam medis yang Untuk mengatasi masalah antrian di loket pendaftaran RSUD dr. Achmad Darwis maka sebaiknya disediakan sarana yang mencukupi seperti komputer untuk input data dan mencetak SEP pasien atau memberlakukan sistem pendaftaran on line. - Menyiapkan Dokumen Rekam Medis Di RSUD dr. Achmad Darwis proses menyiapkan dokumen rekam medis belum sesuai standar yaitu 1, indicating an inadequate workload and staff number. Based on the WISN analysis, it is concluded that the pharmacy is overstaffed under the existing workload conditions. Therefore, employee redistribution and the development of pharmaceutical satellites towards enhancing effectiveness and efficiency are significantly recommended.... A new trend in international hospital services today is how to build patient-focused services and provide safer healthcare based on continuous quality improvement. The demands of today's society that hospitals should be able to provide one stop services,meaning thatall health care needs related to patients must be able to be served by the hospital quickly, accurately, quality and affordable, which in the end can provide satisfaction in the results of treatment in accordance with the disease suffered Dewi et al., 2020. ...Lilya LunandaMappeaty Nyorong Achmad bachtiar RifaiAdministering outpatient medical records is required to provide excellent service to create patient satisfaction, especially with short waiting times. The purpose of this study was to determine how the factors that influence the waiting time for outpatient medical record services at Sundari Hospital, type of research is descriptive analytic with a qualitative approach. The informants in this study consisted of 7 people, namely 4 registration officers and 3 patients who made outpatient visits. The data analysis used descriptive qualitative and the validity of the data used was data triangulation. The results show that the waiting time for outpatient medical record services for patients who register manually is longer than 60 minutes, the SOP for outpatient registration services has been implemented, it's just not done perfectly, Human resources in outpatient medical record services Sundari Hospital does not match educational qualifications, the facilities available in the outpatient medical record service at Sundari Hospital are incomplete, the technology has not been running well because the bridging system and administrative requirements for outpatients are not in accordance with Permenkes No. 28 of is recommended that Sundari General Hospital be able to implement the requirements for outpatient administration in accordance with Permenkes No. 28/2014 and be able to implement a bridging system in outpatient services so that services can be carried out effectively and efficiently. Haeruddin HaeruddinReza Aril AhriKurniawati FajrinABSTRAK Kemenkes RI waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai dari pasien mendaftar di tempat pendaftaran pasien rawat jalan, sampai pengambilan obat, dengan standar waktu tunggu pelayanan rawat jalan ditetapkan yaitu rata-rata ≤ 60 menit. Berdasarkan survey awal di RSUD Kota Makassar menunjukkan bahwa ada 7 pasien memiliki waktu tunggu yang lebih dari standar kemenkes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Waktu Tunggu Pelayanan Rawat Jalan Pasien RSUD Kota Makassar Tahun 2020. Jenis penelitian kuantitatif dengan pedekatan analitik dan waktu tunggu pasien menggunakan Time Motion Study. Sampel 86 Pasien, menggunakan Random sampling. Pengumpulan data menggunakan Observasi, Stopwatch/jam dan kuesioner. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh faktor waktu tunggu pelayanan rawat jalan pasien. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada faktor mempengaruhi waktu tunggu pelayanan rawat jalan pasien RSUD Kota Makassar. Penyebab lama waktu tunggu pasien disebabkan karena kurangnya petugas diloket pendaftaran, pada pasien BPJS dan jamkesda lupa atau kurang berkarnya, tidak bawa kartu berobat, keterlambatan dokter dan distribusian BRM pasien lambat sampai di poliklinik, waktu tunggu rawat jalan pasien di RSUD Kota Makassar melebihi standar. Kata Kunci Waktu tunggu, pelayanan, rawat jalan, pasien, DeboraAdrianMangatas SilaenTan SuyonoEfforts to strengthen the health services provided to patients rely heavily on the use of high-quality, complete, accurate, and timely data to inform decision-making at the clinical, facility, and policy levels in hospitals. However, evidence of gaps in the quality of medical records is often found. At RSU Royal Prima Medan there are still some incomplete data such as writing the actions that have been done to the patient. The purpose of this study was to analyze the factors that affect the quality of medical records as part of the initiative to strengthen the health care system. The research was conducted using a survey method with an explanatory research design. The research population was 612 people and as many as 100 samples analyzed were taken by stratified random sampling. The univariate test showed that most of the respondents had filled out medical records completely and on time but there were medical records that were inaccurate and did not meet the legal requirements of medical records 59 ,0%. Bivariate analysis with Chi-Square showed that the variables of knowledge p= procedures p= and supervision p= had an effect on the quality of medical records, while equipment had no significant effect. Of the three factors, the most dominant factor influencing the quality of medical records is the knowledge obtained through multiple logistic regression tests with an OR value of 4 times the risk of affecting the quality of medical records. This research is an indication that poor knowledge will affect the quality of medical records so that the Royal Prima Hospital Medan needs to conduct socialization and training to increase the knowledge of health workers doctors, nurses, medical recorders.Anggun Akrianti PutriSumiatyYuliatiChronic kidney disease merupakan suatu kondisi penurunan progresif fungsi ginjal selama periode bulan atau tahun. Tahap akhir dari gagal ginjal kronik sering disebut dengan End Stage Renal Disease ESRD. Dalam penyakit ginjal stadium akhir ini, ginjal kehilangan fungsinya secara irreversibel untuk mempertahankan metabolisme dan homeostasis tubuh. Apabila pasien telah mengalami Gagal Ginjal Kronik stadium berat, untuk mempertahankan hidupnya diperlukan terapi sementara berupa hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien chronic kidney disease yang menjalani hemodialysis di RSUD Labuang Baji Kota Makassar. Metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study dengan menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Labuang Baji Kota Makassar yang berjumlah 31 responden. Data dianalisis yang menggunakan uji chi square. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu, ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Labuang Baji Kota Makassar dengan nilai p-value 0,021 60 menit. Tingkat kepuasan dalam kategori cukup puas, berdasarkan lima dimensi kualitas mutu pelayanan didapatkan pada dimensi tangibles, responsiveness, assurance, dan emphaty dalam kategori cukup puas sedangkan pada dimensi reliability dalam kategori puas. Adanya hubungan antara waktu tunggu pelayanan pasien di rawat jalan dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan di rawat RSUD Kabupaten Indramayu, ditunjukkan dengan nilaip=0,042atau nilai korelasichi-square sebesar 4,135. Conrad MusinguziAbstract Objective To quantify waiting time, identify sections with bottlenecks and factors associated with waiting time of services offered at the Assessment Center Mulago Hosptial. Data source Hospital medical forms previous and current visit, patient real-times, exit interviews and staff response forms that captured perspectives. Study design A cross-sectional study using multilevel linear regression to identify hospital and patient-related predictors of the estimated ambulatory waiting times. Data Collection/Extraction Methods We recorded real-time patient flow data, extracted patient socio-demographics, visit days, queue lengths, previous facility, and referral status Principal findings Patient spend an estimated 5 hrs waiting with longer waiting times with most time spent at registration and pharmacy sections. This time was associated to patients who reported later in the day >1100hrs, at start of the week Monday and this time increases about 3-4 minutes more for every patient added into the queue. However, we find no consistent evidence on whether or how type of referral affects waiting times. Conclusions A system that limits the number of patient reporting to outpatient department quickens registration and drug dispensing is needed to improve quality of ambulatory care in major hospitals. Key words waiting time, out-patient, quality-of-careMo Oche Habibullah AdamuThe amount of time a patient waits to be seen is one factor which affects utilization of healthcare services. Patients perceive long waiting times as barrier to actually obtaining services and keeping patients waiting unnecessarily can be a cause of stress for both patient and doctor. This study was aimed at assessing the determinants of patients' waiting time in the general outpatient department GOPD of a tertiary health institution in northern Nigeria. This descriptive cross-sectional study was carried out among new patients attending the GOPD of the Usmanu Danfodiyo University Teaching Hospital, Sokoto, North Western Nigeria. A structured questionnaire was used to elicit information from 100 patients who were recruited into the study using a convenience sampling method. Data collected were entered and analyzed using Statistical Package for Social Sciences version 17; Chi-square test was used to compare differences between proportions with the level of statistical significance set at 5% P 60 minutes due to the overload patients, lack of personnel at the registration booth, disrupted internet connection, delayed of distribution of medical record files, limited available rooms, and limited human resources that were expertised in the field of refraction and medical recordsKeywords waiting time, patients, the Public Eye Health Department of North SulawesiAbstrak Rumah Sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, salah satunya melalui waktu tunggu pasien yang cepat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lama waktu tunggu proses kedatangan, pelayanan, sumber daya manusia pelayanan pasien rawat jalan di Balai Kesehatan Mata Masyarakat BKMM Provinsi Sulawesi Utara Sulut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara pada 7 orang informan sebagai data primer, sedangkan data sekunder diperoleh dari pengamatan langsung/ observasi di BKMM Provinsi Sulut. Hasil penelitian mendapatkan kedatangan pasien di BKMM sudah terjadi sebelum loket pendaftaran dibuka dan kebanyakan pasien datang dengan diantar oleh keluarganya. Selama proses pelayanan ada beberapa kendala yang terjadi antara lain pasien tidak membawa berkas/jaminan yang lengkap, jumlah loket pendaftaran yang terbatas karena kurangnya petugas, ruangan yang kurang memadai, adanya gangguan koneksi internet, serta keterbatasan sumber daya manusia yang ahli dibidang refraksi dan rekam medik. Simpulan Waktu tunggu di BKMM Provinisi Sulut masih tergolong lama > 60 menit yang disebabkan jumlah pasien yang banyak, kurangnya petugas di loket pendaftaran dan BPJS, gangguan koneksi internet, pendistribusian berkas rekam medik yang sering terlambat, keterbatasan ruangan yang ada, dan keterbatasan SDM yang mempunyai keahlian di bidang refraksi dan rekam medikKata kunci waktu tunggu, pasien, BKMMRavikant PatelHinaben R. PatelBackground Gujarat Medical Education Research society started GMERS medical college and tertiary care Hospital in Valsad since last 4 years. As civil Hospital is converted in to tertiary care hospital and many of the departments running in different buildings so, searching the concern OPDs is difficult for patients, waiting time and patients satisfaction is important to avail the services. Patient satisfaction is one of the important goals of any health system, but it is difficult to measure the satisfaction. Aims & objectives were 1 to study the waiting time at various Out Patient Department OPDs. and various investigation; 2 To study the accessibility of various department of hospital; 3 To study the patient satisfaction on hospital process, behavior of hospital staff and treatment This was a cross sectional observational study conducted in Hospital-Valsad for the period of 2 months and total 135 patients were interviewed availing the OPD The mean age of patient attending the OPD was years and majority of them are female patient Hospital staff was main source of guidance for searching the OPDs for consulting the doctor. patient registered 20 min after standing in queue. The mean waiting time was min. and patients were satisfied with treatment cost and behavior of staff Many patients face the difficulties in finding the various departments. On an average 12 minutes of waiting time outside the various They were also satisfied with the treatment cost and behaviour of hospital kepuasan pelayanan pasien tentang waktu tunggu di poliklinik Asy-Syifa KudusH DewiR M AnnyK SriDewi H, Anny RM, Sri K. Tingkat kepuasan pelayanan pasien tentang waktu tunggu di poliklinik Asy-Syifa Kudus. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. 2008; 21 Darwis. Profil RSUD drRsud DrRSUD dr. Achmad Darwis. Profil RSUD disiplin kerja dan motivasi terhadap kinerja karyawan pada rumah sakit umum daerah Kanjuruan MalangA SetiawanSetiawan A. Pengaruh disiplin kerja dan motivasi terhadap kinerja karyawan pada rumah sakit umum daerah Kanjuruan Malang. Jurnal Ilmu Manajemen. 2013;11245-53. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kanada, negara berpenduduk 36 juta ini terdiri dari sepuluh provinsi dan tiga wilayah terirori. Sejak tahun 1961, pelayanan kesehatan di Kanada terlaksana dengan sistem Medicare, yaitu jaminan kesehatan yang dikelola oleh masing-masing propinsi dan saja yang bisa mendapatkan Medicare?Setiap warga negara citizen Kanada berhak mendapatkan Medicare. Penduduk yang memiliki ijin tinggal permanent permanent resident ataupun yang memiliki ijin kerja work permit holder harus mengajukan permohonan untuk mendapatkan Medicare di propinsi atau wilayah tempat tinggalnya. Waktu tunggu untuk mendapatkan kartu Medicare tidak melebihi tiga bulan. Selama waktu tunggu ini, kita dianjurkan memiliki asuransi kesehatan swasta private health insurance untuk mengantisipasi kebutuhan pelayanan kesehatan darurat. Setelah mendapatkan kartu Medicare, kartu harus dibawa setiap kali mengunjungi dokter atau pemberi pelayanan kesehatan lainnya. Kartu Medicare ini berisi nomor identifikasi yang digunakan untuk mengakses informasi medis pemiliknya. Pelayanan apa saja yang dicakup Medicare? Dengan Medicare, setiap warga yang memenuhi syarat berhak mendapatkan pelayanan yang sifatnya preventif dan kuratif dari dokter pelayanan primer dokter umum atau general practitioner maupun dokter spesialis. Prosedur diagnostik, bedah, radiologi, anestesi, dan terapi psikiatris umumnya tercakup Medicare. Pelayanan preventif di antaranya vaksinasi wajib anak-anak dan remaja, vaksinasi flu, skrining kanker pap smear, mamografi, dll.Pelayanan dapat diberikan di klinik swasta, pusat pelayanan kesehatan masyarakat local community servicecentres,pusat perawatan jangka panjang longterm care centres,pusat rehabilitasi rehabilitation centres,serta di rumah pasien home care, walaupun pada umumnya yang ditanggung oleh Medicare adalah yang diberikan di rumah sakit. Cakupan pelayanan kesehatan yang diberikan sifatnya universal, artinya semua yang memenuhi syarat untuk mendapatkan Medicare berhak menerima pelayanan yang sama, terlepas dari riwayat kesehatan ataupun tingkat pendapatan Kesehatan SwastaSaya katakan BPJS lebih “sakti” dibandingkan Medicare karena ada banyak layanan kesehatan yang tidak tercakup Medicare, di antaranya obat-obatan, perawatan gigi, pemeriksaan optik, kacamata lensa korektif, dan layanan kosmetik. Ya, Kanada adalah satu-satunya negara yang tidak mencakup biaya obat-obatan dalam jaminan kesehatannya. Inilah alasan utama perlunya membeli asuransi kesehatan swasta, yaitu untuk melengkapi cakupan kesehatan medicare. Asuransi kesehatan swasta umumnya menanggung 80% biaya yang dikeluarkan. Bagi pekerja, umumnya asuransi kesehatan swasta merupakan bagian dari insentif yang diberikan oleh perusahaan. Pemberi Provider Pelayanan KesehatanBerdasarkan statistik bulan januari 2016, saat ini terdapat sekitar 80 ribu dokter di Kanada; 52% adalah dokter umum dan 48% dokter spesialis. Dengan demikian, terdapat satu dokter umum dan satu dokter spesialis per penduduk rasio 1 Dokter umum menjadi lini terdepan pelayanan kesehatan di Kanada. Mereka memberikan pelayanan medis kuratif dan preventif. Seorang pasien bisa mendapatkan layanan spesialis dengan rujukan dari dokter umum bila diperlukan. Rumah sakit menangani kasus-kasus rujukan dari dokter, serta memberikan layanan darurat emergency. Setiap orang yang memiliki Medicare dianjurkan untuk mendaftarkan diri untuk mendapatkan dokter keluarga family doctoragar mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif. Tetapi pada kenyataannya waktu tunggu untuk mendapatkan seorang dokter keluarga bisa berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Memiliki dokter keluarga pun tidak menjamin kita bisa mendapatkan pelayan kesehatan yang cepat saat diperlukan same-dayor next-day service. Oleh karena itu, sebagai alternatif kita bisa mendatangi dokter umum di klinik tanpa perjanjian walk-in clinic physicianyang bisa ditemui setiap saat. 1 2 3 Lihat Healthy Selengkapnya Ruang tunggu pada sebuah rumah sakit ataupun klinik, sebaiknya dibuat dengan kesan yang nyaman. Sehingga, pasien bisa lebih betah dan tak jenuh saat harus menunggu. Hal tersebut dapat diciptakan lewat padupadan warna. Ya, dengan aplikasi warna yang tepat, ruang tunggu rumah sakit tak lagi terlihat monoton dan membosankan. Karena itu, terapkan warna-warna yang pas yang mampu memberi sentuhan yang membuat nyaman. Paduan warna yang bisa dipilih untuk mendesain ruang tunggu rumah sakit misalnya yaitu warna biru. Lewat balutan warna biru, maka ruang tunggu akan tampil teduh yang memberi nuansa sejuk. Suasana tersebut akan membuat orang menjadi lebih rileks. Dengan begitu, saat menunggu tak lagi menjadi hal yang membosankan. Warna biru dapat dijadikan warna utama pada ruang tunggu yang diaplikasikan hampir di seluruh elemen ruangan. Pilihlah warna biru tua supaya suasana teduh kuat terasa yang nantinya mampu menenangkan pikiran. Kombinasikan warna ini dengan warna coklat untuk kesan yang lebih nyaman serta seimbang. Warna biru tua dapat diterapkan pada seluruh sisi dinding sebagai warna utama yang dominan. Warna senada juga berlaku untuk kursi-kursi. Selanjutnya, buat kesan yang nyaman dengan memadukan warna coklat yaitu pada bagian lantai serta meja, pintu, dan bingkai lukisan. Hmmm…ruang tunggu rumah sakit atau klinik pun tampil nyaman dan memberi nuansa segar yang meredam rasa bosan.

ruang tunggu rumah sakit umum